INILAH.COM, Semarang - Para orang tua harus lebih waspada dalam memilih obat penurun demam yang dijual bebas di pasaran, karena tidak semua jenis obat penurun demam cocok untuk anak.
"Kami mengimbau masyarakat untuk waspada memilih obat penurun demam yang dijual bebas, karena pada kasus demam yang disebabkan demam berdarah dengue (DBD) tidak semua obat penurun demam aman digunakan," kata Yenny T Vedana dari Glaxo Smith Kline di Semarang, Kamis.
Ia mengatakan hal itu saat menjadi pembicara pada workshop tangani tepat demam pada DBD anak. Hadir sebagai pembicara lain, yakni dr. J. Hudyono, MS, SpOk, MFPM dari Fakultas Kedokteran UI, psikolog Tika Bisono, dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Tati Suyati, M.Kes.
Menurut Yenny, hasil survei kualitatif dan kuantitatif kepada sekelompok ibu yang mempunyai anak usia 1-12 tahun di Jakarta menyimpulkan bahwa kebanyakan ibu menunggu satu hingga tiga hari dengan melakukan pengobatan sendiri di rumah, dan jika gejala demam tidak turun baru membawa anak mereka ke dokter atau rumah sakit.
Selain itu, katanya, 81% ibu mengakui bahwa mereka tidak memperhatikan kandungan bahan aktif obat penurun demam, karena ketidaktahuan mereka mengenai bahan aktif.
Ia mengatakan, sebuah riset independen mengungkapkan sekitar 76% obat penurun demam anak di wilayah perkotaan di Indonesia adalah produk yang mengandung asam asetilsalisilat yang merupakan jenis bahan aktif yang tidak sesuai untuk konsumsi anak-anak karena diduga terkait dengan sindroma reye.
Di samping itu, katanya, banyak konsumen tidak menyadari bahwa baik asam asetilsalisilat maupun obat anti inflamasi nonsteroid lain seperti ibuprofenmempunyai indikasi kontra pada demam dengue karena dapat memperburuk terjadinya pendarahan pada infeksi dengue.
0 komentar:
Posting Komentar