Sabtu, 08 Maret 2008

Lebah, Penyengat yang Menyembuhkan


Kompas, Senin, 25 Februari 2008 | 23:55 WIB

Lebah adalah serangga luar biasa. Sengatan dan produk turunannya membantu mengatasi berbagai penyakit, dari alergi hingga gangguan saraf, dan meningkatkan daya tahan. Pengobatan dengan lebah dan produknya disebut apiterapi.

Disebutkan dalam Alquran surat An Nahl ayat 68-69, di dalam madu lebah terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Produk turunan yang dihasilkan lebah ada 13 buah, di antaranya madu, propolis, royal jelly, pollen, bee venom, lilin lebah, madu sarang, roti lebah, larva lebah, dan phedra.

Kata aphitherapy (apiterapi) adalah perpaduan bahasa Latin, aphis berarti lebah dan therapy, pengobatan. Apiterapi didefinisikan sebagai upaya pengobatan komplementer untuk tujuan prefentif, kuratif, dan rehabilitasi menggunakan lebah dan produk turunannya.

Penggunaan madu lebah untuk kesehatan, kata Dr. Adji Suranto, Sp.A, dari Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT) DKI Jakarta, telah diketahui sejak ribuan tahun lalu. Lukisan karang zaman batu (6000 SM) memperlihatkan kegiatan honey hunting. Bukti tertua penggunaan madu untuk mengobati infeksi kulit dan luka, borok, penyakit mata dan telinga, tertulis dalam keramik bangsa Samaria (2000 SM).

The Ebers Papyrus (1550 SM) mencatat resep-resep madu untuk pemakaian luar, yaitu untuk terapi kebotakan, luka bakar, abses, dan pereda nyeri. Madu juga dimanfaatkan untuk menyembuhkan luka usai pembedahan, termasuk sunat, supositoria, mengurangi peradangan, serta meredakan kaku sendi.

Hingga tahun 1990, katun yang direndam dalam jus lemon dan madu masih digunakan sebagai alat kontrasepsi. Penggunaan sengat lebah untuk terapi nyeri sendi dan artritis telah lama dilakukan oleh bangsa Yunani. Pelopornya adalah bapak kedokteran modern, Hippocrates. Tahun 1888, Dr. Philip Tere dari Perancis meneliti hubungan antara sengat lebah dan rematik.

Apipuntur

Sebelumnya, tahun 1864, Prof. Libowsky melaporkan kesembuhan pasiennya yang menderita rematik dan neuralgia setelah diterapi dengan sengatan lebah. Pengobatan menggunakan sengat (bisa) lebah dikenal sebagai apipuntur. Apipuntur, kata Dr. Adji, adalah bagian dari apiterapi. Apipuntur memanfaatkan bee venom dan metode akupuntur. Lebah untuk terapi ini jenis Apis mellifera dan Apis cerana.

Apipuntur sendiri merupakan bagian dari apiterapi. Sengat atau racun lebah sangat baik untuk menormalkan segala aktivitas pembuluh darah dan saraf. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa sengat lebah mengandung melitin, apamin, peptida 401 (MDC), inhibitor protease, dan norepinephrine,” kata dokter yang mendalami pengobatan komplementer sejak tahun 1999 ini.

Apiterapi secara umum dimanfaatkan untuk meredakan gangguan rematik, masuk angin, flu, salah urat, hingga penyakit berat, seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker. Cara ini pun diklaim efektif untuk mengobati penyakit degeneratif, seperti stroke. Dalam praktik apipuntur, dituturkan Dr. Adji, sengat lebah yang dimasukkan ke dalam tubuh dilakukan dengan dua cara, yakni langsung (direct bee sting) dan lewat suntikan berisi racun lebah.

“Racun lebah diambil dari antibodi murni seseorang yang sudah sering disengat lebah,” katanya. Jumlah sengatan tergantung pada jenis penyakit. Namun, satu sengatan di titik-titik tertentu dianggap cukup sebagai perkenalan. “Dalam terapi berikutnya, titik-titik tersebut disengat lagi, tetapi tidak boleh lebih dari 10 sengatan,” ujar pria satu anak ini.

Sengatan lebah yang sedang bereaksi di tubuh ditandai dengan ketidaknormalan sejenak yang sifatnya individual. Reaksi pasien berbeda-beda, apakah sebelumnya pernah disengat lebah atau tidak. Biasanya pasien akan mengalami reaksi lokal dan sistemik. Ciri reaksi lokal adalah pembengkakan di sekitar lokasi sengatan, gejala klinisnya gatal, nyeri, dan kaku. Reaksi sistemik berupa demam, lemas, telinga berdengung, dan pusing.

Menurut Dr. Adji, bila reaksi itu terjadi pada pasien yang sensitif, diganti dengan pemberian obat antihistamin selama 10 hari. Selanjutnya baru boleh dilakukan apiterapi lagi. Kondisi di atas, kata dokter lulusan FKUI 1988 ini, adalah alamiah karena racun lebah sedang bereaksi di dalam tubuh. Seperti saat kita diimunisasi.

Untuk menetralkan kondisi tersebut, ia menganjurkan konsumsi madu dan mengoleskan minyak gosok di bagian yang bengkak dan gatal. Karena itu, terapi sengat lebah akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan pemberian madu, propolis, pollen, atau royal jelly.

Meski dikombinasi, tidak semua jenis penyakit bisa disembuhkan dengan terapi yang sama. Contohnya, untuk kencing manis, terapi tambahan yang digunakan adalah pollen dan propolis. Untuk gangguan katarak, selain sengat lebah, terapinya berupa tetes mata madu trigona dan madu lebah. Untuk gangguan rematik, ada dua titik yang disengat, yakni titik lokal di mana yang sakit dan titik sistemik, yaitu titik akupuntur zusanli (daerah bercekung di bawah lutut).

Selain sengatan di titik itu ditambah konsumsi royal jelly, propolis, dan citosan. Terapi apipuntur dilakukan dalam 12 kali pertemuan. “Biasanya pada kunjungan pertama titik yang disengat hanya satu. Hari berikutnya ditambah satu titik sengatan lagi. Begitu seterusnya. Lamanya sengatan antara 10-15 menit. Setelah itu bisa diulang lagi,” katanya.

Pemanfaatan apipuntur, tambah Dr. Adji, ditentukan oleh jenis penyakit, umur pasien, dan kontraindikasinya. Wanita hamil, bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia dianjurkan tidak menjalani terapi ini.

Author : Hendra Priantono

Source : Gaya Hidup Sehat

1 komentar:

keluarga besar teknik kimia UAD mengatakan...

Apa tidak ada gambar lain????
apakah gambar yang anda tampilkan merupakan cermin pribadi anda???
semoga hidayah selalu menyertai anda.