dr. Yuda Turana
PendahuluanSaat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin populer . Dari data didapatkan bahwa di Amerika , pasien yang menggunakan pengobatan alternatif lebih banyak dibandingkan dengan yang datang ke dokter umum sedangkan di Eropa penggunaannya bervariasi dari 23 % di Denmark dan 49 % di Prancis ( 1 ). Di Taiwan 90 % pasien mendapat terapi konvensional dikombinasikan dengan pengobatan tradisional Cina dan di Australia sekitar 48,5 % masyarakatnya menggunakan terapi alternatif ( 2 ). Dari data diketahui pula bahwa penggunaan terapi alternatif pada penyakit kanker bervariasi antara 9 % sampai dengan 45 % dan penggunaan terapi alternatif pada pasien penyakit saraf bervariasi antara 9 sampai 56 % ( 3 ). Penelitian di Cina menunjukkan bahwa 64 % penderita kanker stadium lanjut menggunakan terapi alternatif ( 4 ) . Penelitian Kessler et all menunjukkan bahwa 9 dari 10 pasien yang menderita ansietas dan 6 dari 10 penderita depresi berkunjung ke psikiater dan pengobat alternatif ( 5 ). Dokter yang berkecimpung pada pengobatan alternatif pun meningkat . Di Inggris ada sekitar 40 % dokter mengadakan pelayanan pengobatan alternatif ( 6 ).
Dari berbagai data di atas terlihat adanya kecenderungan yang besar pemanfaatan pengobatan alternatif . Kedokteran konvensional tidak dapat mengabaikan pengobatan alternatif ini. Kedokteran konvensional sangat tergantung dari teknologi yang mahal untuk memecahkan masalah kesehatan, meskipun kadang pula hal tersebut tidak efektif ( 6,7). Dalam antusiasme terhadap teknologi, kembali pada pendekatan holistik dan metode-metode sederhana seperti diet dan metode relaksasi yang dilakukan pada pengobatan alternatif seringkali pula berjalan dengan efektif ( 6 ). Penelitian juga menunjukkan bahwa pendekatan holistik dan konsultasi dengan pengobat alternatif / komplementer membuat pasien lebih dapat mengontrol penyakitnya ( 5,6 ).
Pada beberapa kalangan yang berpikiran luas , timbul keraguan pula akan hakekat pelayanan kedokteran yang cenderung hanya bertumpu pada regionalisasi, pemberian resep obat, instrumentasi dan pembedahan tanpa memperhatikan faktor intrinsik , aspek kemanusiaan pasien ( 7 ).
Dalam makalah ini penulis mencoba membahas beberapa masalah yang krusial yaitu : Seberapa efektif manfaat pengobatan alternatif , peranan dokter dan institusi pendidikan kedokteran terhadap keberadaan pengobatan alternatif .
Apakah pengobatan alternatif benar bermanfaat ? Sebelum membahas mengenai seberapa besar manfaat pengobatan ini perlu kiranya dibahas dahulu sedikit mengenai pengobatan alternatif ini. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern ( pelayanan kedokteran standar ) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut. Manfaat dan khasiat serta mekanisme pengobatan alternatif biasanya masih dalam taraf diperdebatkan ( 6,8,9 ).
Charthy , dalam Natural therapies ( 10 ) menyebutkan beberapa jenis pengobatan alternatif , yaitu : akupresur, akupuntur, teknik alexander, kinesiology, aromaterapi, autogenic therapy, chiropractice, terapi warna, homeopati, osteopati, hipnoterapi, iridology, naturopathy, terapi nutrisi, terapi polaritas, psikoterapi , refleksiologi , pemijatan, pengobatan Cina. Sedangkan dalam ensiklopedia pengobatan alternatif ( 11 ) , Jenis pengobatan ini dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
1. Terapi Energi yang meliputi : Akupuntur , Akupresur, Shiatsu, Do-in, Shaolin, Qigong,, T’ai chi ch’uan, Yoga, Meditasi, Terapi polaritas, Refleksiologi, Metamorphic technique, Reiki, Metode Bowen, Ayurveda, Terapi tumpangan tangan.
2. Terapi fisik yang meliputi : Masase, Aromaterapi, Osteopati, Chiropractic, Kinesiology, Rolfing, Hellework, Feldenkrais method, Teknik Alexander, Trager work, Zero balancing, Teknik relaksasi, Hidroterapi, Flotation therapy, Metode Bates .
3. Terapi pikiran dan spiritual yang meliputi : Psikoterapi, Psikoanalitik, Terapi kognitif, Terapi humanistik, Terapi keluarga, Terapi kelompok, Terapi autogenik, Biofeedback, Visualisasi, Hipnoterapi, Dreamwork, Terapi Dance movement , Terapi musik, Terapi suara, Terapi seni, Terapi cahaya, Biorhythms, Terapi warna.
Dalam sistem pelayanan kesehatan di Inggris, jenis pengobatan alternatif ini dibagi menjadi 3 kelompok besar . Kelompok pertama adalah : Kelompok yang paling terorganisasi dan teratur , seperti : akupuntur, chiropractic, pengobatan dengan herbal, homeopati, osteopati. Pengobatan alternatif yang masuk dalam kelompok ini mempunyai dasar penelitian. Kelompok kedua adalah : Kelompok pengobatan alternatif yang membutuhkan penelitian lebih lanjut , namun sudah digunakan sebagai pelengkap dalam sistem pelayanan kesehatan , seperti : hipnoterapi dan aromaterapi. Kelompok ketiga adalah : kelompok pengobatan alternatif yang belum mempunyai data sama sekali , seperti : terapi dengan kristal dan pendulum ( 6 ).
Beberapa pendukung terkemuka dari pengobatan alternatif menolak konsep bahwa efektifitas dari pengobatan alternatif membutuhkan atau dapat dilakukan validasinya dengan penelitian secara random dan controlled – trial ( 9). Dengan pertimbangan bahwa banyak intervensi pengobatan alternatif tidak memberikan obat atau melakukan operasi , seperti pengobatan tradisional Cina , pengobatan Ayurvedic, terapi tumpangan tangan didasarkan pada pandangan vitalistik dari kesehatan dan penyakit. Terapi –terapi ini percaya adanya energi vital ( qi, prana, kekuatan spiritual )( 9,10,11) . Masalah lainnya adalah penelitian double-blind, misalnya pada akupuntur sangat sulit karena metode ‘blinding’ dengan menusukkan jarum tidak memungkinkan (12) . Sehingga efektifitas pengobatan alternatif dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak dapat dispesifikasi, dihitung, dan dikontrol dengan metode penelitian double-blind ( 9 ).
Beberapa penelitian telah dilakukan pada akupuntur, tanaman obat, dan chiropractic, namun kadangkala kesimpulan tidak dapat ditarik karena adanya kekurangan pada rancangan penelitian. Kesulitan lain yang dihadapi peneliti dalam mengevaluasi efektifitas suatu pengobatan alternatif adalah tingginya heterogenitas cara yang digunakan untuk mengobati gejala yang sama. Penelitian Kalauokalani et all ( 13 ) terhadap 7 praktisi akupuntur dalam mengobati nyeri pinggang bawah , memperlihatkan adanya variasi yang besar pada jumlah titik yang digunakan ( antara 5 – 14 titik ) dan jumlah jarum yang digunakan ( antara 7 sampai 26 jarum ) dan kesamaan titik yang digunakan hanya ada pada 4 titik ( 14 % ). Tingginya heterogenitas ini menimbulkan tantangan bagi peneliti dalam membuat rancangan penelitian dan cara menginterpretasikannya.
Beyerstein ( 14 ) ,menyatakan saat seseorang sembuh dari penyakit dengan menggunakan suatu metode alternatif maka tidak dapat dikatakan metode tersebut benar efektif . Beberapa faktor yang menyebabkan suatu pengobatan yang tidak efektif menjadi seolah efektif adalah :
1. Penyakit mempunyai perjalanan alami untuk sembuh sendiri.
2. Penyakit mempunyai siklus remisi – eksaserbasi , seperti pada multiple sclerosis, asma, alergi, dan migren. Bukan tidak mungkin pasien datang pada saat penyakitnya akan membaik.
3. Efek plasebo. Para pengobat alternatif seringkali membuat penyakit seolah dapat lebih dihadapi. dan pengobat alternatif biasanya lebih antusias dan karismatik ( 15 ). Jadinya kesembuhan yang dialami lebih kepada faktor psikologis. Sebagai contoh : Pada pasien nyeri kronik seringkali nyerinya berkurang dengan pendekatan psikologis tanpa menyentuh faktor patologis yang mendasarinya.
4. Adanya somatisasi dan ketakutan akan hilangnya perasaan ‘sehat’ . Banyak pasien dengan somatisasi berobat ke dokter dan telah dilakukan berbagai pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan. Pasien tersebut akhirnya datang ke pengobat alternatif yang ‘selalu’ menemukan sesuatu untuk di obati dan jika terjadi ‘ penyembuhan ‘ maka kepercayaan semakin timbul.
Dari sudut aspek antropologis, pandangan efektifitas pengobatan modern dan alternatif-tradisional sebenarnya menggunakan terminologi yang tidak sama . Pengertian biomedis dari Barat tidak bisa sama dengan pengertian etnomedis tentang kemanjuran dan terdapat pandangan di kalangan Barat bahwa di luar sistem medis yang didasarkan ilmu biomedis Barat pasti irasional karena didasarkan pada magis dan bukannya observasi empiris. Sehingga dalam menentukan efektifitas pengobatan alternatif – tradisional perlu diadakan suatu pendekatan multidimensi ( 16 ).
Seberapa besar manfaat pengobatan alternatif berdasarkan tanggapan dokter maupun pasien penggunanya ? 1. Penelitian meta-analisis terhadap tanggapan dokter mengenai pengobatan alternatif menunjukkan bahwa dari 12 penelitian yang berbeda , dokter memberikan jawaban yang positif terhadap keberadaan pengobatan alternatif, terutama terhadap akupuntur, osteopati, homeopati, dan chiropractic. Pada 5 penelitian diantaranya ditanyakan mengenai bermanfaat atau tidaknya pengobatan alternatif tersebut. Tanggapan dokter yang menjawab bahwa pengobatan alternatif bermanfaat berkisar dari 54 % sampai 86 %. Dapat dikatakan di sini bahwa sebagian besar dokter setuju bahwa pengobatan alternatif bermanfaat pada penyembuhan penyakit ( 1 ). 2. Penelitian Verhoef et all, pada pasien tumor otak yang menggunakan pengobatan alternatif menunjukkan dua pertiganya menyatakan bahwa pengobatan tersebut bermanfaat. Secara umum pasien mengatakan bahwa tingkat ‘ energi ‘ meningkat dan merasa lebih sehat fisik dan mental. Pada sepertiga pasien mempunyai harapan yang tinggi bahwa pengobatan alternatif ini mampu mengecilkan dan menghilangkan tumornya ( 3 ). 3. Penelitian Ernaldi bahar dkk, terhadap gangguan kesehatan jiwa pada anak dan remaja di Palembang menunjukkan bahwa orang tua penderita percaya bahwa pengobatan tradisional lebih kompeten dan mampu mengobati kesehatan jiwa anaknya ( 17 ). 4. Penelitian Kessler et all, pada pasien yang menderita ansietas dan depresi didapatkan data bahwa sebagian besar pasien menyatakan pengobatan alternatif sama berguna dengan pengobatan konvensional ( 5 ) 5. Dalam suatu diskusi panel National Institut of Health ( NIH ) yang dihadiri oleh 23 ahli di bidang kedokteran perilaku, penanganan nyeri, ilmu jiwa, ilmu saraf dan psikologi ditemukan berbagai bukti kuat bahwa penggunaan teknik relaksasi dan terapi perilaku dapat mengurangi rasa nyeri dan masalah insomnia akibat berbagai kondisi penyakit ( 18 ). Diskusi Panel NIH pernah juga memberikan simpulan bahwa akupuntur efektif untuk mengurangi nyeri gigi, mual, muntah, nyeri kepala dan nyeri pinggang bawah ( 12, 19 ).
Bila pengobatan alternatif tidak didukung dengan dasar ilmiah , mengapa banyak orang , termasuk yang berpendidikan tinggi menggunakan terapi alternatif ini ? 1. Dari sudut pandang pasien bukan suatu hal yang penting mengenai dasar ilmiah. Pengguna dari pengobatan alternatif ini biasanya pula sudah mencoba pengobatan konvensional yang tidak menyembuhkan penyakitnya. Hal ini membuat mereka menilai bahwa nilai statistik adalah tidak penting . Seringkali pula para pengguna pengobatan alternatif ini mendengar keberhasilan penyembuhan alternatif dari orang yang baru dikenal , keluarga, dan teman yang mungkin sudah mengalami kesembuhan dengan penyakit yang serupa melalui pengobatan alternatif tersebut ( 4, 20 ). 2. Kedokteran modern menjadi identik dengan unpersonal dan high cost medicine yang hanya terjangkau oleh sekelompok kecil masyarakat dan kedokteran modern tersebut belum mampu secara meyakinkan manangani masalah penyakit degeneratif seperti masalah penuaan , kanker, diabetes, hipertensi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat dan minat pencari pertolongan. Apalagi disampingnya terdapat pelayanan kesehatan alternatif yang menjanjikan ( 21 ). 3. Pengobatan alternatif tradisional masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat bukan hanya karena kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan formal yang terjangkau oleh masyarakat , tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor sosial budaya dari masyarakat tersebut. Ia memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat yang dilayani ( 13, 21 ). 4. Adanya beberapa stereotypes di masyarakat ( 15 ), seperti : - pengobatan alternatif – tradisional bersifat holistik dan pengobatan modern hanya melihat penyakitnya saja dan adanya dikotomi penyakit ke dalam dua jenis , yaitu penyakit yang dapat disembuhkan oleh dokter dan penyakit yang hanya dapat disembuhkan oleh pengobat tradisional. 5. Adanya beberapa manfaat umum dari pengobatan alternatif – tradisional baik secara psikologis dan sosial yang tidak terpengaruh dengan keberadaan pengobatan modern , yaitu : mengurangi stress dan kecemasan akibat ketidakpastian penyakit, biaya yang rendah dan menyenangkan, penguatan dan keterlibatan langsung pasien dalam penanganan penyakitnya, fungsi kontrol bila ada penyimpangan, mengurangi trauma akibat perubahan kultural dan mempromosikan identitas kebudayaan ( 22 ,23 ).
Peranan fakultas kedokteran dan praktisi kedokteran dalam menyikapi keberadaan pengobatan alternatifDalam menyikapi keberadaan pengobatan alternatif maka penting bagi fakultas kedokteran untuk membangun suatu program pendidikan baru bagi mahasiswa kedokteran dan mendukung serta meningkatkan penelitian mengenai pengobatan alternatif yang nantinya menjadi dasar evaluasi bagi keamanan dan kerasionalan penggunaannya. Perlu diingat sangatlah mustahil untuk menuntut keefektifan suatu pengobatan alternatif berdasarkan penelitian eksperimental bila sama sekali tidak ada dukungan dana yang menunjang ke arah tersebut. Jadinya keefektifan suatu pengobatan alternatif lebih banyak berdasarkan laporan kasus per kasus dan laporan dari pengguna maupun dokter yang pernah melihat maupun mengalami sendiri efektifitas dari pengobatan alternatif tersebut.
Mahasiswa kedokteran perlu diberi informasi mengenai konsep dasar , efektifitas, dan keamanan dari setiap pengobatan alternatif . Materi pendidikan ini sebaiknya di masukkan dalam kurikulum fakultas kedokteran dan pelatihan berkelanjutan. Tanpa adanya pendidikan tambahan mengenai pengobatan alternatif , mahasiswa kedokteran nantinya tidak dapat berfungsi sebagai dokter yang mampu menerima informasi tentang pengobatan alternatif yang dilakukan oleh pasiennya dan tidak dapat memberikan informasi dan tuntunan yang akurat untuk pasiennya. Para praktisi kedokteran pun harus sensitif terhadap pasien pengguna pengobatan alternatif ini terutama untuk pasien dengan penyakit yang menahun dan sulit disembuhkan seperti : kanker, nyeri menahun , dan penyakit saraf degeneratif ( 9 ). Praktisi kedokteran sebaiknya pula mengetahui penggunaan terapi alternatif pada pasiennya, mengingat kemungkinan adanya reaksi interaksi antar obat ( 24,25 ). Berbeda dengan ilmu kedokteran yang scientific & technological dengan pendekatan analitik, pengobatan alternatif - tradisional ( berkembang dari tradisi masyarakat tertentu ) lebih bersifat pre scientific & magico –mystical dengan pendekatan holistik. Pendekatan holistik dalam pengobatan tradisional yang memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat dapat diterapkan dalam ilmu kedokteran tanpa harus kehilangan identitas dan sifat keilmuannya. . Pengobatan tradisional sudah merupakan bagian integral dari lingkungan sosial budaya dan ada nilai-nilainya yang patut dipertahankan dan ditingkatkan yang dapat memberikan sumbangan positif bagi upaya kesehatan ( 21 ).
Simpulan Perbedaan yang mendasar dari pengobatan alternatif dengan kedokteran konvensional lebih kepada tidak adanya dasar penelitian (6,8,9,20 ). Namun keterbatasan berbagai sumber telah semakin meningkat, karenanya pengetahuan kedokteran harus tanggap. Bagaikan harta terpendam, semuanya tidak boleh diabaikan meskipun pada mulanya tidak ilmiah ( 26 ).
SUMBER PUSTAKA1. Ernst E, Resch L K, White RA. Complementary medicine, What physicians think of it : Meta-analysis. Arch Intern Med 1995 ; 155 : 3405 – 8.
2. Huang TY, Hong YC. Alternative medicine- formulary evaluation in Asia. Medical Progress 1998 ; June : 5 – 7
3. Verhoef JM, Hagen N, Pelletier G, et all. Alternative therapy use in neurologic diseases, use in brain tumor patients. Neurology 1999 ; 52 : 617 – 22.
4. Liu JM, Chu HC, Chin YH, et all. Cross sectional study of use of alternative medicines in Chinese cancer patients. Jpn J Clin Oncol 1997 ; 27 : 37 – 41.
5. Kessler CR, Soukup J, Davis BR, et all. The use of complementary and alternative therapies to treat anxiety and depression in United States. Am J Psychiatry 2001 ; 158 : 289 – 94.
6. Rees L, Weil A. Integrated medicine. British Med Journal 2001 ; 322 : 119 – 20.
7. Soeprono R. Upaya kesehatan alternatif, melihat kausa internal. Medika 1997 ; September : 718 – 720.
8. Almatsier M. Peran dokter dalam pemanfaatan obat tradisional pada pelayanan kesehatan. Dexa media 2001 ; 14 : 76 – 77.
9. Marcus M D. How should alternative medicine be taught to medical students and physicians ?. Acad Med 2001 ; 76 : 224 – 229.
10. Charty M M. Natural Therapies. Harper Collins Pub 1994. P 67 – 268
11. Shealy C N. The Complete illustrated encyclopedia of alternative healing therapies. USA : Element Books Inc 1999.
12. Mauskop A. Alternative therapies in Headache. AAN, San Diego, CA, April 29 – may 6 , 2000 : 7 DS.005 –32-36.
13. Kalauokalani D, Sherman J K, Cherkin CD. Acupuncture for chronic low back pain : diagnosis and treatment patterns among acupuncturists evaluating the same patient. Southern Med J 2001 ; 94 : 486 – 92.
14. Beyerstein B. Alternative medicine and common errors of reasoning. Acad Med 2001 ; 76 : 230 – 236.
15. Foster MG. An introduction to ethnomedicine. In : WHO : Traditional medicine and health care coverage. Geneva : WHO 1983. P 17 -24
16. Afdhal FA. Obat tradisional, efektifitasnya dan aspek antropologis. Medika 1988 ; Nopember : 1079 – 80.
17. Ernaldi bahar. The role of traditional healers on child and adolescent psychiatric cases in Palembang. JIWA th XV No. 2 Juni 1982.
18. NIH Technology Assesment Panel on Integration of Behavioral and Relaxation Approaches Into Treatment of Chronic Pain and Insomnia. JAMA 1996 ; 276 : 313 – 318.
19. National Institutes of Health Consensus Statement: Acupuncture. JAMA 1998 ; 280 : 1518 – 24.
20. Turana Y, Pringgoutomo S. Penggunaan produk bahan alami yang lebih rasional. In : Published.
21. Sosrokusumo P, Maslim R. Peran serta pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan jiwa. Medika 1991 ; Juni : 1991.
22. Good M C. Medical Pluralisme. In : Ornstein R ( ed ). The Healing Brain . New York : The Guilford Press 1990. P 43 – 60.
23. Rosner Fred . Religion and Medicine. Arch Intern Med 2001 ; 161 : 19 – 20.
24. Lee MK, Moss J, Yuan CS. Herbal medicines and perioperative care. JAMA 2001 ; 286 : 208 – 216.
25. Ernst Edzard. Harmless herbs ? a review of the recent literature. Am J Med 1998 ; 108 : 170 -8.
26. Era baru pengobatan Tradisional. Medika 1993 ; Januari : 78 – 79.